SALAM PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji
syukur kehadirat Allah Yang Maha kuasa, yang selalu melimpahkan rahmat dan
hidayatNya ke seluruh alam dan tak lupa, shalawat dan salam kita panjatkan
untuk junjungan nabi besar kita, Rasullullah kita, Nabi Muhammad SAW.
Terima
kasih kepada seluruh keluarga, sahabat-sahabat dan semua pihak yang selama ini
ada untuk mendukung dan senantiasa menemani saya dalam suka dan duka. Tanpa
kalian, mungkin tidak akan ada Riyan yang sekarang, Riyan yang siap menjalani setiap
halau rintang yang menghadang, Riyan yang selalu optimis dan percaya bahwa
selalu ada jalan kalau kita percaya dan terus berusaha.
Terima
kasih karena telah menjadi bagian dari lembaran hidup saya dan semoga kalian
semua senantiasa dirahmati Allah Yang Maha Kuasa. Dan yang paling utama, semoga
kalian selalu dilimpahi kebahagiaan yang tiada tara.
Yang
selalu mendo’akan kalian,
RIYAN SAIFUL RIZAL
NAMA SAYA RIYAN SAIFUL RIZAL
Enam
belas tahun yang lalu, tepatnya 22 Maret 1995, Saya dilahirkan ke dunia ini.
Saya adalah anak sulung dari tiga bersaudara. Ayah saya adalah seorang karyawan
swasta, sedangkan ibu saya hanyalah seorang ibu rumah tangga. Selain anak
sulung, saya juga satu-satunya anak lelaki di dalam keluarga saya. Saya
mempunyai dua orang adik perempuan, Annisa Putri, si centil yang baru duduk di
bangku kelas empat sekolah dasar dan si bungsu Aulia yang masih berusia tiga
tahun.
Mungkin
bagi orang lain, Saya dilahirkan di keluarga biasa saja, tapi bagi Saya, Saya
lahir di keluarga luar biasa, ramai dalam arti yang positif dan saling mendukung
satu sama lain. Ayah saya tak banyak bicara, tapi begitu saya perlu sesuatu dia
akan berusaha mengupayakannya. Ibu saya juga hanya seorang ibu rumah tangga
biasa, tapi dia luar biasa memahami putranya ini. Kadang saya malah berfikir
kalau ibu saya adalah seorang pembaca pikiran. Saat saya kesal, gelisah, bosan,
ataupun saat saya merasa tidak enak badan, ibu saya selalu tahu, bahkan sebelum
saya mengatakan sepatah katapun. Adik-adik saya juga, walau terkadang membuat
saya kesal, mereka adalah bagian dari keramaian yang senantiasa melengkapi
hidup saya. Tanpa mereka, mungkin hidup ini akan terasa sepi dan pastinya
sangat-sangat membosankan.
Nama
saya Riyan Saiful Rizal. Kalian boleh memanggil saya, Riyan atau Ipul. Saya adalah
seseorang yang selalu optimis dalam menjalankan sesuatu. Terkadang saya ragu,
tapi saya harus tetap berjalan. Lagi pula, saat keraguan itu datang, saya selalu
punya banyak hal yang bisa dijadikan motivasi untuk terus maju. Keluarga saya,
sahabat-sahabat saya dan semua pihak yang selalu bisa saya andalkan untuk
mengembalikan semangat yang telah hilang. Nama saya Riyan Saiful Rizal dan saya
berharap saya bisa menjadi seorang pemimpin.
ARTI SEORANG PEMIMPIN
Dalam
islam, pemimpin berarti imam atau khalifah yang diberikan amanah dan tanggung
jawab yang besar dalam mengarahkan, mengkomandani umat, jamaah ataupun
koloninya agar bisa mencapai tujuan dari sebuah persatuan. Itu memang benar,
tapi menurut pandangan saya, pemimpin adalah penentu keberhasilan. Tidak akan
ada suatu keberhasilan atau pencapaian tujuan apapun, apabila tidak dikepalai
seorang pemimpin yang baik dan hebat. Tidak akan ada kemakmuran suatu negara,
tanpa pemimpin yang alim dan bijaksana. Dan tidak akan ada jamaah dalam suatu
masjid apabila tidak ada yang mau menjadi imam atau pemimpin dalam sholat, dan
itu berarti sholat berjama’ah tidak akan pernah terlaksana.
Mulai dari organisasi yang paling
kecil dalam masyarakat, yaitu keluarga sampai organisasi yang paling besar di
dunia ini, yaitu PBB ( Persatuan Bangsa-Bangsa ) semua memiliki seorang
pemimpin. Apabila dalam sebuah keluarga, tidak ada kepala keluarga "yang
baik Ayah atau Ibu untuk orang tua tunggal" maka sebuah keluarga tidak akan
bahagia karena kehilangan penentu keberhasilan dalam sebuah rumah tangga.
Secara
umum, Ayah atau ibu yang berperan menjadi kepala dalam sebuah keluarga, adalah
pilar terbesar yang membuat sebuah keluarga kokoh. Kepala keluarga biasanya
menjadi pencari nafkah utama untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, namun begitu
kepala keluarga berhenti dan tidak ada pencari nafkah yang lain, maka kebutuhan
yang harus dipenuhi akan terbengkalai dan roda kehidupan dalam keluarga itu
akan berhenti dengan sendirinya atau dengan kata lain, harmonisasi kebahagiaan
dalam sebuah keluarga akan kacau balau karena kehilangan pegangan. Tapi materi
yang dihasilkan oleh kepala keluarga tidak lantas menentukan keberhasilan suatu
rumah tangga, karena "maaf sebelumnya" banyak keluarga yang berhasil dalam
finansial namun tetap tidak bahagia, itu berarti keluarga itu telah gagal
karena lagi-lagi saya katakan, tidak memiliki pemimpin yang baik sebagai
penentu keberhasilan.
Walaupun,
secara keseluruhan pemimpin bukanlah kunci utama tapi secara garis besar,
pemimpin adalah penentu dalam menemukan kunci keberhasilan yang akan membawa
anggota-anggotanya dalam mencapai tujuan bersama. Pemimpin yang baik, tahu
bagaimana menentukan, mengarahkan dan mengambil keputusan yang terbaik untuk
mendapatkan hasil yang terbaik bagi seluruh anggota-anggotanya. Pemimpin yang
baik, tahu kapan harus mendukung dan memastikan setiap anggotanya mendapatkan
pengayoman dan kebutuhan mereka terpenuhi. Seorang pemimpin adalah penentu
keberhasilan, paling tidak itulah yang Saya pikirkan.
JIKA SAYA MENJADI SEORANG PEMIMPIN
Pemimpin
adalah posisi tertinggi dalam suatu organisasi. Siapa yang tidak ingin menjadi
pemimpin? Saya rasa, hampir semua orang ingin__kalau seandainya bisa__ jadi
seorang pemimpin. Begitu pula dengan Saya. Saya, sama seperti kebanyakan orang,
ingin jadi seorang pemimpin.
Jika
saya menjadi seorang pemimpin. Saya akan mulai dengan menjadi pemimpin bagi diri saya sendiri terlebih
dahulu. Mengatur, mengarahkan diri saya dalam sebuah disiplin dan rencana kerja
yang tentunya harus saya terapkan dalam kehidupan saya sehari-hari agar saya
menjadi seseorang yang berhasil, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah,
maupun dalam lingkungan masyarakat.
Begitu
saya yakin telah menjadi pemimpin bagi diri saya sendiri, barulah saya yakin
saya bisa menjadi pemimpin bagi orang lain. Dan apabila saat itu tiba, saya
akan berusaha menjadi pemimpin yang bukan hanya dihormati tapi juga disegani
oleh semua anggota organisasi. Saya ingin menjadi pemimpin yang tahu kapan
harus mendengarkan dan tahu kapan saya harus berbicara dan didengar oleh forum
yang saya pimpin.
Saya harap saya memiliki hati yang besar untuk menerima
segala kritikan dari forum, selama itu bisa membuat saya dan organisasi menjadi
lebih baik. Saya juga berharap, saya memiliki kerendahan hati untuk mengakui
kesalahan yang mungkin nanti akan saya perbuat dan menjadikan kesalahan
tersebut sebagai bahan evaluasi diri agar tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Saya ingin meyakinkan para anggota organisasi yang saya pimpin bahwa saya akan
selalu siap menjadi kemudi dalam setiap tugas dan tanggung jawab yang harus
saya lakukan bersama para anggota. Saya juga akan memastikan bahwa setiap
anggota berperan aktif dalam setiap kesempatan yang ada. Membiasakan jiwa
demokrasi menjadi kebiasaan positif yang harus selalu diterapkan. Memastikan
bahwa setiap hak dan kewajiban semua anggota berjalan seimbang. Mungkin
terdengar teoritis, tapi saya menjadikan teori saya itu menjadi sugesti positif
di kepala saya, agar saya selalu ingat apa yang harus saya lakukan, apabila
saya menjadi seorang pemimpin nantinya.
Kalau
boleh jujur saya ingin menjadi seorang presiden. Mungkin terdengar gila, tapi
saya harus berfikir gila jika ingin menjadi orang besar. Contohlah Thomas Alfa
Edison, dia benar-benar gila, karena hanya demi sebuah bola lampu pijar dia
melakukan percobaan sampai ribuan kali. Bisa dibayangkan, apabila Thomas Alfa
Edison berhenti dalam percobaan yang ke-1000? Maka kemungkinan besar
sampai saat ini, kita masih hidup dalam
kegelapan, sepi karena tak ada cahaya lampu. Mungkin, karena pengembangan lampu
sampai sangat modern seperti sekarang, berawal dari bola lampu pijar yang
ditemukan oleh orang besar itu. Memikirkan atau berusaha melebihi kemampuan
sendiri adalah sebuah kegilaan, tapi kalau kegilaan itu bisa membawa
kesuksesan, saya bisa terima jika dikatakan saya gila dalam arti yang baik
tentunya.
Bila
saya benar-benar menjadi seorang presiden, saya akan meminta para pembantu
saya__Wapres dan para Menteri__ untuk berkorban demi rakyat. Gaji mereka yang
berjumlah puluhan juta itu akan saya pangkas paling tidak sepuluh persen dan
memakai dana itu untuk alokasi lain, untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat
tentunya. Membayangkannya saja saya sudah sangat senang. Bayangkan saja, jika
gaji seorang anggota DPR itu 20 juta, maka 10% di kali 20 juta, itu berarti 2
juta. Lalu kita kalikan dengan 550 anggota DPR, itu berarti 1,1 milyar
perbulan, itu berarti 13,2 milyar pertahun. Dana itu akan lebih berguna bila dialokasikan
untuk pendidikan bangsa daripada hanya untuk konsumsi semata. Dan tentunya saya
juga akan memangkas gaji saya juga. Saya rasa, para pejabat tidak akan jatuh
miskin hanya karena gaji mereka dipotong sepersepuluhnya, apalagi setiap
pejabat pasti punya usaha atau investasi lain yang tentunya menghasilkan.
Jika
saya menjadi seorang pemimpin, saya ingin menjadi seorang penentu keberhasilan
dalam organisasi yang saya pimpin. Jika saya menjadi seorang pemimpin, saya
ingin melakukan yang terbaik dari yang terbaik yang bisa saya berikan dan
lakukan, untuk mendapatkan hasil yang terbaik dari yang terbaik yang juga bisa
saya hasilkan, seperti motto saya selama ini, “I DO MY BEST, YOU DO YOUR BEST, WE DO OUR BEST, FOR THE BEST OF THE
BEST.”
0 komentar:
Komentar baru tidak diizinkan.