Senin, 05 September 2016

Kisah Sukses Kerajaan Bisnis Nomor 1 Di Indonesia Milik Robert Budi Hartono


Kisah sukses Budi Hartono ini hal yang wajib kita ketahui. Apalagi bagi kita yang ingin sekali kaya dalam berwirausaha. Menjadi orang terkaya nomor satu di Indonesia selama beberapa tahun berturut-turut itulah R. Budi Hartono. Dalam kisah suksesnya Ia menjalankan nya tidak sendirian beliau beserta kakaknya Michael Bambang Hartono atau yang memiliki nama asli Oei Hwie Siang memang mendapatkan warisan dalam menekuni Perusahaan Djarum dari ayahnya, namun mereka menerima perusahaan tersebut dengan kondisi yang limbung setelah pabrik Djarum menderita kebakaran. Bagaimana kisah hidupnya, kok segitunya dia bisa mendapatkan harta. Mari pelajari di sini.
Mewarisi sebuah perusahaan merupakan hal yang wajar namun mengembangkannya menjadi sebuah kerajaan bisnis merupakan pencapaian luar biasa yang hanya bisa dilakukan oleh segelintir orang, dan salah satunya adalah Robert Budi Hartono yang merupakan pemilik kerajaan bisns Group Djarum, yang menurut data Forbes pada Maret 2011 merupakan orang kaya nomor 1 Indonesia selama beberapa tahun dan masuk dalam urutan 131 terkaya di dunia, dengan total kekayaan ditaksir mencapai 8,5 Milyar Dollar atau 82.50 Trilyun Rupiah.
R. Budi Hartono yang merupakan pemilik Grup Djarum, dilahirkan dengan nama lengkap Robert Budi Hartono pada tanggal 28 April 1941 di Kota Semarang, Ayahnya bernama Oei Wie Gwan pemilik usaha kecil Djarum Gramophon namanya diubah menjadi Djarum yang kelak menjadi sebuah perusahaan rokok terbesar di dunia. Robert Budi Hartono memiliki nama Tionghoa yaitu Oei Hwie Tjhong.
R. Budi Hartono menikahi seorang wanita bernama Widowati Hartono atau lebih akrab dengan nama Giok Hartono. Bersamanya, Pemilik PT Djarum ini memiliki tiga orang putra yang kesemuanya telah menyelesaikan pendidikan. Mereka adalah Victor Hartono, Martin Hartono, dan Armand Hartono. Yang menarik adalah ketiga putra nya tersebut kini juga telah sukses menjadi pengusaha layaknya ayah mereka. Bahkan bungsu mereka, Martin Hartono kini merupakan salah sosok berperngaruh di situs forum populer Kaskus.
Sebagai salah satu orang terkaya Indonesia, tentunya Anda bertanya-tanya darimana kekayaan yang dimiliki Robert Budi Hartono. Mari kita mulai dari titik awal Bos Djarum ini merintis karir.

Berawal Dari Djarum

PT. Djarum adalah sebuah perusahaan rokok di Indonesia yang bermarkas di Kudus, Jawa Tengah. Djarum merupakan salah satu dari tiga perusahaan rokok terbesar di Indonesia (dua lainnya adalah Gudang Garam dan HM Sampoerna).
Djarum sendiri adalah perusahaan yang berdiri pada saat Indonesia telah merdeka pada tahun 1951 (tepatnya 21 April 1951). Pendiri Djarum adalah Oei Wie Gwan. Lambang jarum yang digunakan oleh perusahaan ini adalah jarum grama phone. Pada tahun 1983 Djarum menjadi perseroaan terbatas, PT Djarum.
Berawal dari Mr. Oei Wie Gwan membeli usaha kecil dalam bidang kretek bernama Djarum Gramophon pada tahun 1951 mengubah namanya menjadi Djarum. Oei mulai memasarkan kretek dengan merek “Djarum” yang ternyata sukses di pasaran. Setelah kebakaran hampir memusnahkan perusahaan pada tahun 1963 (Oei meninggal tak lama kemudian), Djarum kembali bangkit dan memodernisasikan peralatan di pabriknya. Bersama kakaknya Michael Hartono, Robert di usianya yang ke 22 tahun menerima warisan salah satu perusahaan rokok ternama saat ini, Djarum.
Robert dan kakaknya yaitu Michael Budi Hartono menerima warisan ini setelah ayahnya meninggal. Pada saat itu pabrik perusahaan Djarum baru saja terbakar dan mengalami kondisi yang tidak stabil. Namun kemudian di tangan dua bersaudara Hartono, Perusahaan Djarum bisa bertumbuh menjadi perusahaan raksasa. Pada tahun 1972 Djarum mulai mengeskpor produk rokoknya ke luar negeri.
Tiga tahun kemudian Djarum memasarkan Djarum Filter, merek pertamanya yang diproduksi menggunakan mesin, diikuti merek Djarum Super yang diperkenalkan pada tahun 1981.  Saat ini, Di Amerika Serikat pun perusahaan rokok ini memilki pangsa pasar yang besar. Dan di negeri asalnya sendiri, Indonesia, produksi Djarum mencapai 48 milyar batang pertahun atau 20% dari total produksi nasional.
Seiring dengan pertumbuhannya, perusahaan rokok ini menjelma dari perusahaan rokok menjadi Group Bisnis yang berinvestasi di berbagai sektor. Djarum mereka, dilarang di Amerika Serikat sejak 2009 bersama dengan rokok kretek lainnya, karena telah diluncurkannya Dos Hermanos, sebuah cerutu premium pencampuran tembakau Brasil dan Indonesia. 
Robert Budi Hartono dengan Group Djarum yang dipimpinnya pun melebarkan sayap ke banyak sektor antara lain perbankan, properti, agrobisnis, elektronik dan multimedia. Diversifikasi bisnis dan investasi yang dilakukan Group Djarum ini memperkokoh Imperium Bisnisnya yang berawal di tahun 1951.

Sektor Agribisnis
Di sektor Agribisnis, Robert bersama Michael memiliki perkebunan sawit seluas 65.000 hektar yang terletak di provinsi Kalimantan Barat dari tahun 2008. Mereka bergerak di bawah payung Hartono Plantations Indonesia, salah satu bagian dari Group Djarum.

Sektor Properti
Di sektor ini, banyak proyek yang dijalankan di bawah kendali CEO Djarum ini, R. Budi Hartono, dan yang paling besar adalah mega proyek Grand Indonesia yang ditantangani pada tahun 2004 dan selesai pada tahun 2008. Proyek ini mencakup hotel (renovasi dari Hotel Indonesia), pusat belanja, gedung perkantoran 57 lantai dan apartemen. Total nilai investasinya 1,3 Triliun rupiah.

Sektor Perbankan

Pada tahun 2007, Majalah Globe Asia menyatakan Robert sebagai orang terkaya di Indonesia dengan kekayaan 4,2 miliar dolar AS atau sekitar 37,8 triliun rupiah. Pada tahun yang sama, R. Budi Hartono bersama kakaknya, Michael Hartono di bawah bendera Group Djarum melebarkan investasi ke sektor perbankan. Dan mereka menjadi pemegang saham utama, menguasai 51% saham, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) yang merupakan salah satu bank terbesar di Indonesia saat ini.
Berdasarkan data dari Bank Indonesia akhir tahun 2011 nilai aset BCA sebesar Rp 380,927 Triliun (tiga ratus delapan puluh koma sembilan ratus dua puluh tujuh rupiah). BCA yang secara resmi berdiri pada tanggal 21 Februari 1957 dengan nama Bank Central Asia NV. Banyak hal telah dilalui sejak saat berdirinya itu, dan barangkali yang paling signifikan adalah krisis moneter yang terjadi di tahun 1997.
Krisis ini membawa dampak yang luar biasa pada keseluruhan sistem perbankan di Indonesia. Namun, secara khusus, kondisi ini mempengaruhi aliran dana tunai di BCA dan bahkan sempat mengancam kelanjutannya. Banyak nasabah menjadi panik lalu beramai-ramai menarik dana mereka. Akibatnya, bank terpaksa meminta bantuan dari pemerintah Indonesia. Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) lalu mengambil alih BCA di tahun 1998.
Berkat kebijaksanaan bisnis dan pengambilan keputusan yang arif, BCA berhasil pulih kembali dalam tahun yang sama. Di bulan Desember 1998, dana pihak ke tiga telah kembali ke tingkat sebelum krisis. Aset BCA mencapai Rp 67.93 triliun, padahal di bulan Desember 1997 hanya Rp 53.36 triliun. Kepercayaan masyarakat pada BCA telah sepenuhnya pulih, dan BCA diserahkan oleh BPPN ke Bank Indonesia di tahun 2000.
Selanjutnya, BCA mengambil langkah besar dengan menjadi perusahaan public. Penawaran Saham Perdana berlangsung di tahun 2000, dengan menjual saham sebesar 22,55% yang berasal dari divestasi BPPN. Setelah Penawaran Saham Perdana itu, BPPN masih menguasai 70,30% dari seluruh saham BCA. Penawaran saham ke dua dilaksanakan di bulan Juni dan Juli 2001, dengan BPPN mendivestasikan 10% lagi dari saham miliknya di BCA.
Dalam tahun 2002, IBRA melepas 51% dari sahamnya di BCA melalui tender penempatan privat yang strategis. Farindo Investment, Ltd., yang berbasis di Mauritius, memenangkan tender tersebut. Saat ini, BCA terus memperkokoh tradisi tata kelola perusahaan yang baik, kepatuhan penuh pada regulasi, pengelolaan risiko secara baik dan komitmen pada nasabahnya baik sebagai bank transaksional maupun sebagai lembaga intermediasi finansial.

Sektor Elektronik dan Multimedia

Salah satu bisnis Group Djarum di sektor ini bergerak di bawah bendera Polytron yang telah beroperasi lebih dari 30 tahun. Perusahaan Polytron ini kini juga memproduksi ponsel yang sebelumnya hanya meproduksi AC, kulkas, produk video dan audio, dan dispenser.

Sektor Lainnya
Salah satu sektor bisnis yang baru mulai berkembang di Indonesia adalah bisnis online. Group Djarum pun tertarik untuk “menikmatinya” lewat perusahaannya Global Digital Prima Venture. Melalui perusahaan yang baru dibuat yakni Ventures Global Prima Digital, mereka jmembeli Kaskus, yang merupakan salah satu situs terbesar di Indonesia. Ya pantes sekali kalau hartanya sedemikian banyak.

Bukti Eksistensi Group Djarum
Gedung pencakar langit di kompleks mega proyek Grand Indonesia diberi nama Menara BCA. Karena bank BCA menjadi penyewa utamanya dari tahun 2007 hingga 2035. Dengan demikian tergabunglah lingkungan operasional dua raksasa bisnis Indonesia di tengah-tengah pusat ibukota yang menjadi bukti keberkuasaan Djarum di kancah bisnis Indonesia.
Disisi lain, Robert Budi Hartono Sangat menyukai olahraga bulutangkis yang bermula dari sekedar hobi lalu mendirikan Perkumpulan Bulutangkis (PB) Djarum pada tahun 1969. Dari lapangan bulutangkis di tempat melinting kretek, Robert Budi Hartono menemukan talenta anak muda berbakat asli Kudus. Anak muda itu dimatanya, memiliki semangat juang yang tinggi, mental yang hebat dan fisik yang prima. Tak salah intuisinya, karena dalam kurun waktu yang tidak lama, anak itu mengharumkan nama bangsa di pentas dunia. Anak muda itu adalah Liem Swie King, yang terkenal dengan julukan “King Smash”.
Siapa sih yang tidak ingin menjadi seperti Opa Robert Budi Hartono ini. Patut dicontoh bahwa saat usianya masih muda beliau sangat giat berusaha dan bekerja keras. Hasilnya dimasa tuanya kini Ia bisa hidup tenang menikmati hasil dari jerih payahnya.
Dan satu hal yang patut menjadi inspirasi dan motivasi bagi kita semua adalah paduan kerjasama yang apik dari Hartono Bersaudara merupakan lambang kerja sama dari dua orang yang memulai bisnis dari nol dan kemudan berhasil mengelola warisan mereka tanpa adanya persaingan dan perebutan warisan yang umumnya terjadi pada sebuah keluarga yang memilki usaha warisan keluarga. Kerja sama dan persaudaraan jauh lebih penting dan lebih menguntungkan dibandingkan dengan warisan kekayaan yang banyak namun harus memutuskan tali persaudaraan. Jadi salah satu kunci kesuksesan sebuah kerajaan bisnis adalah dengan menjalin kerja sama dengan anggota keluarga yang memiliki visi dan misi yang sama dengan anggota keluarga yang memiliki visi dan misi yang sama dengan ikatan bisnis yang profesional dan kekeluargaan.
Nah, Untuk yang sekarang masih bermalas-malasan, bagaimana kehidupan kita kalau sudah nanti? Jadi sudah harus disiapkan dari saat ini ya Kawan.
Referensi :

http://id.wikipedia.org/wiki/Robert_Budi_Hartono
http://www.harianjogja.com/baca/2013/07/11/orang-terkaya-dunia-2013-di-indonesia-r-budi-hartono-bos-djarum-terkaya-aset-rp825-triliun-424707

0 komentar:

Posting Komentar