Selasa, 23 Juni 2015

~oOo Kalau brondong jatuh cinta oOo~




Aku benci hari senin. Kenapa? Karena hari senin adalah akhir dari hari bersantaiku, kutukan bagi waktu bermalas-malasanku, dan awal dari kepenatanku. Ya menghadapi pelajaran, guru-guru yang killernya minta ampun, menghadapi kemacetan ibukota yang luar binasa cetar membahana, belum lagi anak-anak rese di sekolah. Biasalah ababil, alias abg labil.
Eits, jangan salah, itu dulu. Tapi sekarang, aku suka sekali hari senin. Kenapa? Karena senin adalah awal hari dimana aku bisa melihat kelucuan dan senyumnya, hari dimana aku bisa melepas rindu akhir pekanku, hari dimana aku bisa tersenyum seperti orang gila hanya karena.....dia. Ya, dia. Cowok rese super duper nyebelin yang selalu saja mengisengiku. Lumayan sih tampangnya dan lumayan juga karena kelakuannya yang ajaib bisa menciptakan rasa ajaib yang ajaibnya bisa membuatku jadi ragil alias rada gila.
“Kenapa lo Han?” tanya Tita yang memergokiku sedang cengar-cengir di kelas.
“Ah? Enggak. Itu tadi ada dewa idung lewat.” ucapku tak sadar dan membuat Tita langsung keheranan.
“Dewa idung?” tanya Tita ingin tahu.
Akupun langsung gelagapan. Begini nih, kalau brondong seperti aku jatuh cinta. Baru mengenal cinta, belum tahu apa ini benar-benar cinta apa cuma cinta monyet, belum bisa menahan emosi dan gejolak hati. Lengah sedikit langsung ketahuan. Sumpah, tidak ada hal yang lebih memalukan lagi selain ketahuan isi hati. Wajahku pun langsung merona.

Tapi, siapapun kalian yang merasakan rasa aneh yang sama, jangan khawatir. Kalau brondong jatuh cinta sudah pasti jadi tidak karuan. Asam manis pedas rasanya. Meski begitu, jangan sampai rasa jatuh cinta yang baru kita rasakan itu merusak kehidupan brondong kita yang indah. Orang bijak bilang manusia itu menguasai cinta, bukan dikuasai cinta. Wuih, Dahsyat! Begini nih kalau brondong jatuh cinta, penyair kelas dunia juga lewat. Kakakakak......^_^ 

Rabu, 22 April 2015

~oOo ILU SOMISSU oOo~


~oOo ILU SOMISSU oOo~

Hari ini adalah hari Senin. Hari paling membosankan bagi Ragil. Yah, walaupun bagi cowok 180 cm ini, semua hari memang membosankan. Tapi dari 7 hari yang semuanya membosankan, hari Seninlah yang teramat sangat membosankan bagi pemilik nama lengkap Ragil Antaresta Raya Akbar ini. Pasalnya, di hari senin lah dia harus bertarung urat syaraf. Mulai dari perjuangan ke sekolah yang macetnya luar biasa, ritual purba upacara yang herannya tidak pernah lekang oleh jaman, belum lagi jadwal pelajaran yang terkutuk semua berkumpul menjadi satu, di hari apa??? Hari Senin, Ragil tak mengenal hari Senin, dia hanya tahu MONDAY EQUALS HELLDAY. Ugh >_<
Untunglah hari ini MID TEST, jadi upacara ditiadakan. Hurrraaay          \ (^_^) /. Oh…no, salah, biarpun lumayan melegakan karena tidak ada acara berdiri bak tentara nggak jadi ( upacara maksudnya ), tapi jadwal hari ini adalah kimia & matematika. Ha! Never worst than this.
Tapi sekarang lebih baik, karena Ragil yang hanya tertarik dengan olahraga dan otomotif, kini menemukan motivasi baru di hidupnya. Bahasa elitenya “AUFKLARUNG alias pencerahan” Beh___ dan apa itu? Tepatnya adalah siapa.
Dia adalah Palupi Regina. Murid pindahan ayu manis binti jelita yang bikin Ragil jadi rada gila. Lah, kok kalau disingkat jadi Ragil Yah??? (sumpah, ini hanya kebetulan semata, hehehe :D). Intinya gadis innocent yang biasa dipanggil Upi itu langsung menjerat hati Ragil. Menawannya dalam taman cinta yang DPD___Bukan Dewan Perwakilan Daerah tapi Debaran per Detik__  jantung Ragil jadi abnormal.
Sialnya, pesona Ragil yang selalu jadi bintang lapangan basket ini, yang senyum mautnya membuat gadis-gadis di SMUnya luluh lantak, bertekuk lutut, halah, tidak berlaku untuk Upi. Malah Upi bete abis karena merasa Ragil selalu TP alias Tebar Pesona di depan semua cewek-cewek. Pokoknya, di mata Upi yang sayu itu, Ragil cuma Playboy kadal berotak udang yang nggak meaning lah pokoknya.
“Hey, number one!” panggil Ragil saat melihat Upi melewatinya begitu saja saat jam istirahat. Upi tak menyahut panggilan cowok itu. Ragil tak mudah putus asa. Dia sudah biasa diacuhkan gadis itu.
“Cinta………” panggilnya manja.
Yes! Ucap Ragil dalam hati saat melihat Upi berhenti, berbalik. Yah, walaupun memasang muka seram. Bagi Ragil itu lebih baik dari pada diacuhkan seperti batu. Lagipula, Upi tetap terlihat manis saat marah.
“Denger ya tuan sok ganteng, sok eksis, sok over pede. Jangan pernah memanggil ku seperti itu. Nanti orang pikir kita ini pacaran.”
Ragil tersenyum. Memang itu yang dia harapkan.
“Tapi, Cuma kalau aku panggil cinta kamu mau nengok.”
“What? Tau ah. Facing you just waste my time.” Upipun pergi dengan kesal.
Ragil masih belum menyerah, Walaupun Upi jutek, tapi setelah kejadian bulan lalu, dia yakin Upi juga memiliki perasaan padanya.
“Cinta.” Panggil Ragil lagi.
Upi yang ngeloyor, berhenti lagi dan berbalik lagi.
“Sumpah demi Tuhan RARA”
“RARA???” Ragil keheranan sekaligus kebingungan. Kenapa Upi memanggil Ragil dengan sebutan RARA? Nama cewek pula.
“Iya, RARA, Ragil Antaresta Raya Akbar, RA____RA. Oh shit! Masa bodolah. Yang jelas kamu bilang sendiri. Apa itu? Ehm…ehm..Oh shit!”
Ragil tersenyum melihat si pintar linglung. Upi begitu menggemaskan. Jadi mana mungkin dia tidak jatuh hati pada gadis berkulit putih itu.
“ILU SOMISSU?”
“Iya, whatever. Aku denger semuanya, ILU SOMISSU ( Iya LU SOmbong MISkin pluS BelagU) itu berarti aku kan? Aku pikir… ah tidak, sudahlah. Aku pasti tidak berpikir…”
Ragil menggenggam tangan Upi yang gemetaran. Gadis itu pasti sudah mendengar percakapannya dengan teman-temannya waktu itu. Upi marah. Berarti dia memang punya perasaan pada Ragil. Hati Ragil melonjak kegirangan.
“Aku bohong sama mereka. I’m just afraid they will hurt you if they knew what I’am feeling to you.”
Upi jadi gugup. Dia sendiri sadar, benci yang dulu ia rasakan pada Ragil telah sirna entah kemana, apalagi ditambah pertemuan-pertemuan tak terduga mereka. Upi, gadis manis usia tujuh belas tahun, jatuh cinta untuk pertama kalinya.
“Palupi Regina, cintaku. ILU SOMISSU, I LOVE YOU and SO MISS YOU…”
Dan runtuhlah semua kekeras kepalaan Upi. Dia merasa begitu konyol karena telah salah paham. Matanya terpaku pada Ragil. Dia tidak bisa membohongi perasaan yang carut marut di hati kecilnya itu. Ragilpun tidak membuang-buang waktu. Dia langsung menembak Upi untuk jadi pacarnya. Upi tak menjawab. Gadis itu hanya diam membisu. Tapi justru dari diamnyalah Ragil tahu, itu adalah iya bagi seorang Palupi Regina. Merekapun jadian di hari Senin itu. Mengingat teman-teman Ragil yang rada rasisme , belum lagi penggemar Ragil yang kebanyakan adalah cewek-cewek agresif yang bisa mengancam Upi, Selama berbulan-bulan mereka backstreet. Tapi akhirnya, pada suatu valentine yang indah. Ragil mendeklarasikan hubungan mereka. Mengakibatkan shock bagi teman-teman borjuisnya juga bagi para penggemarnya.
Tapi yang jelas, NO MORE HELL DAY lagi bagi Ragil. Bahkan setiap hari kini menjadi SUNNY DAY. See! Cinta itu bisa merubah segalanya. Dari hal negatif menjadi suatu hal yang positif. Thanks to Lovely Cinta, Upi..


C.I.N.T.A


C.I.N.T.A

C.I.N.T.A___ CINTA. Satu kata berjuta makna. Gara-gara cinta orang bisa gila. Bahkan gara-gara cinta, seseorang bisa kehilangan nyawa. Aku dulu tidak terlalu peduli tentang cinta, tapi saat aku menginjak usia 17 tahun, aku mulai merasakan apa yang disebut dengan C.I.N.T.A___CINTA.
***
Dua tahun yang lalu.
Aku sedang menghadiri pesta temanku saat aku pertama kali melihatnya. Gadis manis bergaun putih dengan rambut panjang terurai, namanya Karenina Anindita. Aku melihatnya ketika dia sedang main  piano di acara itu. Dan setelah itu, aku selalu memikirkannya.
Sejak perkenalan kami, aku tak pernah bisa melupakannya. Aku mencari tahu tentang gadis itu dan ternyata dia sebaya denganku. Kami sama-sama masih di kelas dua SMU. Aku mencari cara untuk mendekatinya. Dan saat ada kompetisi basket antar sekolah yang kebetulan diadakan di sekolahnya, aku langsung mengambil kesempatan itu.
Tapi sayang sepanjang pertandingan, aku tidak melihat gadis yang biasa dipanggil Nina itu. Iya sih, dari tampangnya kelihatan sekali dia tidak suka olah raga. Tapi, ini kan basket. Siapa yang tidak ingin melihat pertandingan basket. Bukannya para siswi selalu mengidolakan pemain basket sekolah mereka untuk jadi pacar? Nina memang berbeda. Dari awal aku tahu dia adalah gadis spesial. Dia lain dari pada yang lain.
“AAKKHH.” karena melamun aku tidak sadar ada tim lawan  di belakangku dan aku pun ditabrak.
Aku langsung jatuh tersungkur. Saat aku jatuh kakiku terlekuk dan alhasil kakiku terkilir. Rasa sakitnya luar biasa. Akupun langsung dibawa ke UKS. Dan di sanalah akhirnya aku menemukannya.
“Nin, tolong ambil minyak tawon.” kata guru olah raga SMU 19, sekolah yang kudatangi.
Nina tak menjawab, hanya menuruti perintah gurunya. Aku belum berkata apa-apa. Gadis itupun sama. Kakiku benar-benar terasa nyeri. Guru olah raga itu menyuruh temanku yang tadi membawaku kembali ke lapangan. Biar bagaimanapun, pertandingan harus tetap dilanjutkan. Aku menjerit-jerit saat guru itu mengurut kakiku. Sial. Aku malu sekali. Nina melihatku dengan iba. Malu…malu…
“Nin, kamu tolong temenin anak ini dulu ya. Bapak masih harus ke lapangan.” kata guru itu lalu pergi  setelah melihat muridnya menyanggupi.
Hatiku langsung berbunga-bunga. Akhirnya kesempatanku untuk mendekati gadis itu datang juga. Aku berdeham. Aku harus terlihat berwibawa kali ini.
“Apa sangat sakit?” tanyanya pelan sambil duduk di sisi ranjang yang kutempati.
“Ah..enggak.. biasa aja.” kataku pura-pura, padahal rasa sakitnya seperti kakiku terpelintir hebat.
Dia tersenyum. Gadis di depanku tersenyum. Manisnya…..
“Kamu nggak nonton basket?”
Dia menggeleng. Dia memberiku sepotong coklat dan meletakkan sisanya di meja. Akupun mengambil coklat itu tanpa basa-basi.
“Coklat mengandung endorfin, bagus untuk mengalihkan pikiran. Jadi, mungkin kamu bisa lupa rasa nyerinya.”
Betapa baiknya dia padaku. Seharusnya dia tidak perlu memberikan apapun, kehadirannya saja sudah menjadi anastesi untukku. Aku bahkan sudah lupa nyeri hebat di kakiku saat melihat wajahnya. Aku tersenyum dan mengucapkan terima kasih atas ketulusannya.
“Sedang apa di sini?” tanyaku sambil mengunyah coklat pemberiannya.
Dia hanya menggeleng tanpa kata. Dia pelit sekali dalam kata. Tiap kali bertanya, dia hanya menjawabnya dengan menggelengkan kepalanya.
“Boleh pinjem handphone kamu nggak?” pintaku tanpa basa-basi.
Aku harus bergerak cepat. Aku belum tahu kapan kami bisa berjumpa lagi, jadi paling tidak aku harus berbuat sesuatu saat ini. Nina langsung memberikan handphonenya tanpa curiga sedikitpun.
Setelah memastikan nomornya dan nomorku tersimpan di handphone kami masing-masing, aku mengembalikan ponselnya yang berwarna putih itu. Dia menerima handphonenya dengan keheranan. Aku hanya tersenyum. Siapa suruh dia percaya padaku?
***
Karena aku sudah punya nomor handphone gadis itu, aku jadi suka meneleponnya atau hanya sekedar mengirim pesan pendek. Tapi seperti biasa, dia selalu pelit dalam kata. Dia hanya menjawab smsku dengan kata ya, tidak atau malah hanya berupa gumaman, seperti em, oh. Pokoknya gadis itu benar-benar membuatku uring-uringan. Baru kali ini aku jatuh cinta, dan sekalinya jatuh cinta aku malah jatuh cinta pada gadis yang sulit didekati.
“Yu, Nina itu sukanya apa sih? Udah seminggu aku deketin dia, tapi kayaknya nggak ada kemajuan. Gini-gini aja.” tanyaku pada Ayu, sepupuku yang juga teman Nina di kelas piano. Mereka berdua sama-sama ikut kursus.
“Kamu suka ya sama Nina? Percuma kamu nggak akan berhasil. Udah nyerah aja.”
Dasar Ayu, bukannya membantu malah menjatuhkan orang seperti itu.
“Kita liat aja nanti. Aku pasti dapetin dia.” ucapku percaya diri.
***
Hari ini tempat kursus Ayu, sepupuku, akan mengadakan resital piano. Aku tidak memberitahu Nina kalau aku akan datang melihat penampilannya. Aku ingin mengejutkan pujaan hatiku itu.
“Yah ampun Raka, aku nggak nyangka kamu mau dateng.” kata Ayu girang.
Siapa juga yang mau melihatnya? Aku sudah bosan melihat Ayu yang selalu disuruh bermain piano di acara keluarga kami. Dasar.
“Maaf sayang, tapi aku mau lihat bidadari, bukannya buntelan nggak jelas kayak kamu.” sindirku yang membuat Ayu cemberut dan langsung mengadu pada orang tuanya.
Aku begitu terpana melihat permainan Nina. Walaupun aku tidak mengerti piano, tapi permainan piano Nina sepertinya sangat dihayati. Beberapa penonton terlihat menangis, mereka pastilah mengerti makna dari lagu itu. Setelah selesai, penonton memberikan standing applause. Akupun tak ketinggalan.
“Permainan kamu bagus.” pujiku di ruang rias.
Gadis itu sedikit terkejut. Sepertinya dia tidak suka dengan kehadiranku. Aku sedikit kecewa. Padahal aku sangat senang bertemu dengannya. Dia memang terkejut, tapi tidak seperti yang kuharapkan.
“Ayu kan lagi tampil, kok kamu malah ke sini?” tanyanya padaku.
“Cause I wanna see you.” jawabku jujur.
Nina terdiam. Dia melirik sebentar ke arah pintu, entah melirik apa, lalu berdiri dan berhadapan denganku. Ya Tuhan… dia cantik sekali. Nina memakai gaun terusan putih sederhana tapi terlihat begitu anggun di tubuh mungilnya. Kurasa putih adalah warna kesukaannya. Dia menguncir sedikit rambutnya kebelakang dan membiarkan sisanya terurai jatuh. Dia benar-benar cantik. Aku pasti sangat bahagia jika bisa menjadikan dia pacarku dan membelai rambut halus gadis manis itu.
“Ada yang harus aku luruskan Raka.” katanya dengan wajah yang sedikit pucat. Apa dia sedang sakit?
“Ya??” aku menunggunya bicara.
“Kita hanya boleh berteman.”
Aku tidak mengerti. Apa isi hatiku sudah ketahuan?
“Well, for now…but..”
“Forever. Kita hanya akan jadi teman__selamanya.” katanya tegas tidak membiarkanku menyelesaikan apa yang ingin kuucapkan.
Dia tidak membiarkanku masuk ke dalam hatinya. Mungkin benar kata Ayu, aku tidak mungkin bisa mendekati Nina, tapi aku tidak akan menyerah.
“Kenapa?” tanyaku ingin tahu.
Tapi belum juga dia menjawab pertanyaanku, ibunya datang dan mengajaknya pergi. Meninggalkanku yang hancur karena penolakannya. Kami belum memulai apapun, tapi dengan kejamnya dia menyuruhku mengakhiri perasaan ini. Tuhan… apa yang harus aku lakukan?
***
Sudah sebulan berlalu, aku mencoba untuk menenangkan hatiku. Tapi, kalau aku terus menyakiti hatiku seperti ini, mungkin aku bisa gila. Aku harus menemuinya. Aku tidak percaya kalau ketulusanku tidak bisa mencairkan kekerasan hatinya.
Kebetulan sekali aku harus menjemput Ayu hari ini karena supirnya sedang pulang kampung. Kurasa aku bisa menemuinya. Dan disanalah dia. Aku melihatnya keluar bersama sepupuku. Jantungku langsung berdegup kencang. Sudah sebulan ini aku merindukannya. Wajahnya selalu menghantui tidurku. Dan kini bayangannya jatuh tepat di sudut mataku. Tuhan….aku mencintainya….
“Hari ini Nina nggak ada yang jemput, nanti abis nganter aku, anterin Nina ya?”
“Tapi…Yu, aku bisa naik taksi.”
“Nggak ada. Nggak ada. Ngapain kamu naik taksi kalo kita punya supir gratisan. Iya nggak Ka? Hehehe…” kata Ayu menyebalkan.
“Iya. Thanks Yu. Lagian, ada yang mau aku ngomongin sama kamu. Please..” kataku lalu membukakan pintu depan untuknya.
Ayu yang sudah tahu perasaanku mengalah dan langsung ke kursi belakang. Setelah mengantar Ayu, suasana jadi hening. Nina tidak berbicara sepatah katapun. Aku juga sendiri gugup karena sudah sebulan ini kami tidak berkomunikasi sama sekali. Tiba-tiba aku berpikiran gila.
“Apa bisa temani aku sebentar?” pintaku putus asa.
“Maaf, tapi aku harus segera pulang.” tolaknya tanpa pikir lagi.
“Kumohon.” kataku lagi.
Aku benar-benar tidak tahu harus berkata apa lagi kalau kali ini dia masih juga menolakku. Tapi untungnya dia tidak menolak. Dia hanya terdiam dan  memandang keluar jendela. Nina….apa kau memikirkanku sebanyak aku memikirkanmu?
***
Kami tiba di sebuah taman kota. Aku langsung membukakan pintu untuk si gadis yang hobi menghancurkan hatiku itu. Dia terlihat manis dengan terusan kuning gading dan bandana putih yang dikenakannya. Aku penasaran, apakah siswa-siswa di sekolahnya juga mengejar cintanya seperti yang kulakukan selama ini?
Nina mendekati air mancur. Berdiri dengan pandangan kosong. Aku ingin sekali bisa membaca pikiran gadis itu? Dia terlihat seperti orang yang mempunyai masalah pelik, tapi aku tidak tahu apa itu. Sejak pertama aku mengenalnya, aku hampir tidak pernah melihatnya tersenyum. Padahal aku yakin, dia pasti terlihat sangat menawan jika tersenyum.
“Jangan jatuh cinta padaku Raka, kamu hanya akan menderita.” katanya saat menyadari keberadaanku di sampingnya.
“Kenapa?”
Dia tidak menjawab.
“Ada yang bilang cinta itu kadang memang menyakitkan, tapi kalau itu bisa membuatku bersama kamu, maka aku ingin tetap merasakan sakitnya. Aku sudah tidak bisa mundur lagi Na, aku sudah jatuh terlalu dalam.” kataku sungguh-sungguh.
“CUKUP!” teriaknya mengejutkanku.
Aku sudah duga. Pasti dia menyembunyikan sesuatu dariku. Sesuatu yang membuat dia menutup hatinya untukku dan mungkin banyak pria lain yang mengejarnya selama ini.
“Kamu tidak akan mengerti Raka. Kamu tidak boleh cinta sama aku. Siapapun tidak boleh mencintaiku. Tidak boleh. Pokoknya tidak boleh.”
“Tapi kenapa Na? Paling tidak kamu harus kasih alasan yang jelas. Aku nggak ngerti kamu ngomong apa?”
Jelas saja aku tidak mengerti kenapa gadis itu jadi histeris. Dia menangis tanpa aku tahu kenapa dia menangis. Apa dia tersiksa karena dia juga punya perasaannya yang sama denganku? Apa Nina mencintaiku seperti aku mencintainya?
“Kenapa Na? Kenapa? Kenapa aku nggak boleh masuk ke dalam hati kamu? Kenapa nggak kamu buka hati kamu buat aku? Kenapa???”
“Karena aku akan mati. Karena hidupku nggak akan lama lagi. Apa kamu ngerti? Aku nggak punya hak untuk jatuh cinta. Aku nggak punya hak untuk mencintai siapapun. Aku…. Aku sekarat. Aku benar-benar sekarat. Jadi sebaiknya kamu pergi. Tinggalin aku sendiri.” raung Nina dengan air mata berlinang.
Kata-kata Nina seperti petir yang menyambarku. Memangnya dia sakit apa? Aku melihat Nina terjongkok dan menyembunyikan wajahnya yang basah dengan air mata. Dia mencintaiku. Dia pasti mencintaiku. Kalau dia tidak mencintaiku, dia tidak akan menderita seperti itu.
Aku mengangkat tubuh mungil itu dan menegakkannya. Aku memegang wajah gadis yang kucintai itu dengan kedua tanganku. Matanya sembab, dan dia masih sesenggukan.
“Apa kamu cinta sama aku?” tanyaku sungguh-sungguh.
Dia tidak menjawab dan hanya berusaha untuk melepaskan diri dariku. Tapi aku tidak akan membuatnya menghindariku lagi. Ini harus diselesaikan saat ini juga.
“Sumpah demi Tuhan, Karenina. Apa kamu cinta sama aku?” tanyaku sekali lagi.
Dia menggigiti bibirnya, menangis tersedu-sedu dan akhirnya mengangguk. Aku benar-benar bahagia, karena ternyata cintaku tidak bertepuk sebelah tangan. Ini bukan hanya cinta sepihak seperti yang selama ini kukira. Aku mencintainya dan dia mencintaiku. Cuma itu yang kubutuhkan saat ini.
Aku langsung memeluk gadis ringkih itu. Dia tambah terisak-isak. Aku memeluknya tambah erat dan berbisik perlahan.
“Aku tidak peduli berapa sisa umur yang kamu punya. Sekalipun umur kamu tinggal sehari aku juga tidak akan peduli. Aku hanya peduli kalau saat ini aku cinta sama kamu dan kamu cinta sama aku. Cuma itu yang perlu aku tahu.”
***
Aku bahagia sekaligus sedih. Bahagia karena sekarang, Nina sudah mau membuka hatinya untukku. Sedih, karena aku akhirnya tahu alasan yang membuat Nina menutup diri dariku. Nina, gadis yang kucintai itu. Setahun yang lalu, dia divonis kanker kelenjar getah bening. Dia sudah mengikuti banyak pengobatan. Tapi, kanker itu datang lagi dan terus menggerogoti tubuhnya. Kini, kanker ganas itu sudah berkembang menjadi stadium tiga dan seperti yang dia katakan, mungkin waktunya tidak akan lama lagi.
Tapi, aku tidak peduli. Hidup mati itu ada di tangan Tuhan. Bisa saja aku meninggal lebih dulu dari pada dia. Tidak karena kanker bisa jadi karena kecelakaan atau yang lainnya. Aku hanya ingin bahagia dengan cinta yang kupunya saat ini. Dan aku akan mendampingi Nina dan terus menyemangati hidupnya. Dia harus tahu, hidup ini terlalu indah untuk disesali ataupun ditangisi.
Sekarang aku punya rutinitas baru. Tiap hari, aku menjemput Nina dari sekolah. Kadang aku juga menemaninya ke rumah sakit. Aku sering ke toko buku menemaninya membeli buku yang disukainya, kebanyakan adalah novel atau teenlit roman. Setiap akhir pekan kadang kami pergi ke taman bermain. Dia kini selalu tersenyum, sesakit apapun penderitaannya saat menjalani radiologi, kemoterapi bahkan operasi sekalipun, dia selalu tersenyum di depanku. Aku tahu saat sendiri, dia akan menangis. Itu wajar. Siapa yang tidak akan menangis saat kita harus bertarung melawan kematian setiap harinya? Tapi, aku dan keluarganya tidak akan lelah untuk selalu mendampinginya. Tidak bahkan saat ia menangis dalam kesendirian. Kami akan selalu mendampinginya sampai kapanpun.
***
“Wajahnya seperti malaikat, penuh kepolosan, penuh kedamaian.” komentar salah satu pengunjung pameran.
Saat aku lulus SMU sebulan yang lalu, aku langsung mengumpulkan semua foto-foto Nina yang kupunya. Dari SMP aku memang sudah suka fotografi. Aku ikut kursus fotografi dan saat usia enam belas tahun, aku sudah menjadi profesional dalam menggunakan kamera.
Sebenarnya, sejak pertama kali aku bertemu dengan Nina, aku sudah mengabadikan gambarnya, entah itu dengan kamera handphone ataupun kamera yang memang sengaja aku bawa untuk mengabadikan gambarnya. Terkadang aku juga datang ke tempat kursusnya lebih awal, agar aku bisa mencuri gambarnya. Lagi, lagi dan lagi.
Kini foto-foto itu sudah berjumlah ribuan dan aku memilih beberapa puluh foto untuk kupamerkan. Ternyata respon pengunjung sangat bagus. Karena aku mengambil gambar secara diam-diam, jadi ekspresi si model sangat jujur dan natural. Itu membuat kesan yang mendalam di setiap foto yang kupajang di pameran. Terima kasih untuk orang tuaku yang telah membantuku mewujudkan impianku. Aku ingin seluruh dunia tahu siapa gadis di foto itu, bagaimana kehidupannya dan bagaimana perasaanku padanya. Semua. Semua akan kuberitahukan pada mereka.
“Iya, ini adalah saat dia mengikuti resital piano. Lihatlah! Kontur wajahnya begitu jelas. Dari gambar ini kita bisa lihat penghayatannya dalam memainkan piano. Apa anda setuju dengan saya?”
“Absolutely right. Anda pasti sangat mencintainya.” kata pengunjung lain yang hanya kujawab dengan senyuman.
Itu benar. Aku memang mencintainya. Teramat sangat mencintainya. Itu semua kutulis di jejaring facebook, twitter, youtube, bahkan aku menulis buku untuk mengungkapkan betapa aku mencintai fotografi dan… dia. Sekalipun dia sudah tidak ada lagi di dunia ini sejak setahun yang lalu. Sekalipun yang kupunya kini hanyalah gambar-gambarnya, aku tetap mencintainya.
Raganya mungkin tak ada lagi, tapi semangat dan cintanya akan selalu hidup dalam hatiku. Karena dia, Karenina Anindita, kekasihku. Dialah gadis pertama yang mengenaliku apa artinya cinta. Dialah gadis pertama yang kucintai dan begitu ingin kumiliki. Dia yang membuat satu kata menjadi jutaan makna dalam hidupku. Dia yang membuat aksara C.I.N.T.A menjadi alasanku tetap bertahan sampai sekarang. Walau tanpa dirinya. Suatu hari mungkin akan ada cinta lain yang menyapaku, tapi dia dan cintanya akan selalu terpatri menjadi sebuah kenangan manis yang tidak akan pernah aku lupakan. Dia dan cintanya akan selalu mengingatkanku betapa dalamnya makna dari C.I.N.T.A.


---------------------------------------------TAMAT--------------------------------------------------


Menghadapi Masalah Dengan Membaca



Banyaknya permsalahan hidup biasanya dikarenakan kurangnya pengetahuan sehingga banyak hal yang seharusnya bias diwaspadai dan dihindari, terlewat begitu saja yang pada akhirnya menimbulkan masalah-masalah yang terselesaikan. Yang pada akhirnya mempersulit kehidupan kita. Ditambah agi kurangnya minat membaca masyarakat. Padahal dengan membaca, kita bisa menyelesaikan peliknya masalah-masalah kehidupan, atau paling tidak, berbekal teori pada buku-buku yang kita baca, kita bisa mewaspadai bahkan menghindari masalah-masalah yang mungkin kita hadapi.
Dalam tulisan kali ini saya akan merekomendasikan beberapa cara bagaimana menyelesaikan masalah dengan membaca ? beberapa hal yang akan dipaparkan antara lain:
-          Kurang minat membaca masyarakat
-          Tips-tips memilih buku yang tepat, dll.


Galilah potensi diri dan minimalisasi kekurangan dengan membaca.
Pada dasarnya, banyaknya permasalahan hidup yang dihadapi oleh setiap orang dikarenakan, kurangnya pengetahuan dan wawasan hidup individu itu sendiri. Belum lagi, pengalaman yang juga masih kurang, mengakibatkan seseorang tidak memiliki kewaspadaan dalam mencegah permasalahan yang sebenarnya bisa dihindari, atau juga penyelesaian yang tepat dalam menghadapi permasalahan yang sudah terlanjur terjadi.
Mungkin sepertinya teoritis, tapi yang dimaksud dengan “MENGHADAPI MASALAH DENGAN MEMBACA” ialah membekali diri dengan materi, pengetahuan serta wawasan yang cukup untuk mencegah masalah-masalah hidup ataupun sebagai referensi solusi dalam mengatasi masalah. Namun “MENGHADAPI MASALAH DENGAN MEMBACA” barulah langkah awal dalam mengambil keputusan  atau tindakan bijak. Karena tidak bisa dipungkiri orang yang memiliki pengetahuan yang luas maka merekalah orang-orang yang memiliki kunci pada suatu kesuksesan.

1. Kurangnya Minat Membaca Masyarakat


Mengutip dari perkataan Tantowi Yahya (seorang presenter terkenal), beliau pernah mengatakan “kemiskinan itu sangat dekat dengan kebodohan, dan biasanya orang bodoh itu adalah orang yang jarang membaca.” Kita semua pasti setuju dengan ucapan Tantowi Yahya tersebut. Jadi, sekali lagi kita dapat simpulkan, kunci dari kesuksesan hidup itu adalah dengan membaca.
Namun, di era modern sekarang ini, yang mana hampir semua sejarah peradaban, peristiwa-peristiwa telah dibukakan dengan sangat kompleks dan variatif, tetap saja kebiasaan membaca masih merupakan kebudayaan komunitas atau hanya segelintir orang saja. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan kurangnya minat membaca, antara lain:
a)    Tidak tersedianya fasilitas-fasilitas membaca seperti perpustakaan ataupun buku-buku itu sendiri.
b)      Anggapan bahwa nenbaca itu memakan banyak waktu sehingga tidak efektif.
c)      Orang-orang lebih suka mendengar dari pada harus membaca sendiri.
d)      Uang yang bisa dipakai untuk membeli buku dialokasikan untuk hal-hal yang lain.
e)    Beberapa orang merasa memang membaca tidak sebegitu penting daripada praktek yang sesungguhnya.
Padahal mereka semua tidak  sadar bahwa praktek yang sesungguhnya memang adalah hal yang menentukan tapi pengetahuanlah yang mengerahkan kita untuk mengambil langkah-langkah yang benar. Seperti kata seorang filsafat yang bernama Mark Twain “tidak ada perbuatan yang lebih mengerikan daripada perbuatan tanpa fakir.
Jadi, marilah kita budayakan membaca agar kita dapat menghindari problematika hidup dan menyelesaikan setiap masalah yang ada dengan solusi yang tepat dan terarah.
Berikut adalah tips-tips memilih buku yang tepat untuk menarik minat membaca, antara lain:
a)        Pilih judul buku yang seseuai dengan hal-hal yang ingin kita ketahui dan pelajari. Mungkin hobi, usaha, atau lain sebagainya.
b)    Ukur ketebalan buku yang ingin anda baca dengan ketebalan minat anda. Misalkan anda yang moodian (bosenan) maka pilihlah buku yang tidak terlalu tebal, karena begitu anda melihat buku tebal, saya jamin jangankan membaca, membukanya saja mungkin anda sudah malas.
c)   Sesuaikan harga buku dengan kelebihan uang yang anda miliki. Sehingga anda tidak mengorbankan hal-hal yang penting. Keikhlasan membeli buku juga penting. Karena begitu anda tau, membeli buku itu bukanlah beban bagi anda, anda pasti berminat untuk membacanya.
d)       Pilih judul atau cover buku yang menarik untuk merangsang minat membaca. Semua orang pasti suka dengan hal-hal yang menarik bukan? 

2. Contoh-contoh kasus dan referensi buku

1) Membuka Batin Dengan Membaca
Referensi buku: THE BEST CHIKEN SOUP (Persembahan Nabi dan                                    
                           Keluarganya) oleh: Murtadha Muthahhari
Narasumber     : Cing Nenti ( cing : Adik perempuan dari orang tua kita   
                           (dalam bahasa Betawi) )
Membaca buku membuat saya merasa kaya, pikiran saya terbuka dan kekosongan batin saya terisi. Mungkin sedikt dari kalian yang tau kalau ternyata Rasulullah sangat menganjurkan kita untuk tidak berhutang bukan? Sabda Rasulullah “jangan pernah meminta pertolongan untuk urusan pribadimu. Dan jangan beruntung pada siapapun, meski hanya sebatang tusuk gigi.”
Jadi, yang saya lakukan, saya akan berhenti mengambil cicilan apapun juga bentuknya dan saya selalu berusaha memanage financial saya lebih baik lagi, sehingga saya tidak membutuhkan pinjaman untuk mencukupi kebutuhan hidup / malah menyelesaikan masalah pribadi saya. Saya ingin merasa bebas. Bebas dari hutang, bebas dari kehimpitan.
2) Mencari Tahu Kepribadian Diri
Referensi buku : TEST KEPRIBADIAN oleh: D.H.Gulo
Narasumber     :  Mbak Dina Afriska ( teman saudara saya)
Sedikit dari kita mengenal atau memahami diri kita sendiri. Walaupun banyak yang bilang, orang lainlah yang menilai apakah kita cukup baik atau tidak. Tapi menurut saya, kita juga perlu memahami karakter kita sendiri. Di dalam buku TEST KEPRIBADIAN, anda akan diajak melakukan Tanya jawab secara tertulis untuk mengetahui kepribadian anda dan saya telah mencobanya. Dan saya tidak terkejut kaku tarnyata banuak prilaku yang harus saya koreksi untuk memperbaiki diri dan pastinya menjadi lebih baik lagi
3) Mendapatkan  Dan Mempertahankan Pekerjaan Anda
Referensi buku : YOUR JOB (HOW TO GET IT-HOW TO KEEP IT) oleh:
                           Igor. S. Popouich
Narasumber     : Bpk EDY (ayah saya)
 “Dalam segala hal, keberhasilan tergantung pada persiapan swebelumnya, dan tanpa persiapan seperti itu hanya akan ada kegagalan.” Saya selalu teringat kutipan confisius tersebut setelah saya membaca “YOUR JOB (HOW TO GET IT-HOW TO KEEP IT). Istri saya yang paling tahu, masa-masa susah kami dahulu. Lalu saya membaca buku karya Igor. S. Popouich. Saya merasa termotivasi dan terarahkan dalam meniti karir saya. Saya benar-benar merealisasikan From nothing to something. Mulai dari saya bekerja serabutan, sampai saya menjadi karyawan swasta dan mulai melakukan ekspansi kecil-kecilan di beberapa bidang. Saya beruntung karena saya suka membaca.
Demikianlah beberapa kasus yang telah menjadikan beberapa orang tersebut terbuka pikiran dan wawasanya, hingga pada akhirnya mereka sudah menentukan pilihan hidupnya masing-masing dalam memandang problematika hidup.

Kesimpulan
Pada dasarnya problematika hidup sering di jumpai orang-orang adalah akibat dari kurangnya pengetahuan dan wawasan. Hal ini dibuktikan dengan kurangnya minat membaca. Padahal dengan membaca kita dapat menghindari masalah-masalah hidup dan juga mengatasi permasalahan yang mungkin sudah terlanjur terjadi.
Kesimpulan yang kita dapat adalah bahwa membaca adalah kunci dari kesuksesan. Dan dengan membaca kita dapat mencari solusi yang tepat untuk keluar dari kehimpitan.

Setelah membaca diharapkan masyarakat pada umumnya menyadari pentingnya membaca dan mengetahui banyaknya manfaat membaca. Ayo kita “ BUDAYAKAN MEMBACA.” Galilah potensi diri dan minimalisasi kekurangan dengan membaca.


Selasa, 21 April 2015

Evaluasi Diri Untuk Menjadi Lebih Baik



EVALUASI DIRI
Bagaimana mengenal diri sendiri dan merubahnya menjadi lebih baik.

Orang bijak mengatakan, “ Berkacalah pada orang besar dan belajarlah dari orang-orang gagal.” Siapa AKU? Aku adalah cerminan dari jiwa dan  pikiranku sendiri. Ucapan dan prilaku adalah realisasinya. Siapa KAMU? Hanya kamulah yang tahu jawabannya.

Di zaman maju seperti ini, di saat setiap orang teradiksi oleh modernisasi, di saat globalisasi memberi kemudahan untuk setiap orang. Banyak kemudahan-kemudahan itu menjadi keuntungan bagi manusia. Tapi, seiring perkembangan zaman, perlahan tapi pasti, ada beberapa hal yang hilang. Entah secara kita sadari ataupun tidak. Terutama bagi masyarakat Indonesia yang menganut budaya timur. Hal-hal yang hilang itu diantaranya, kepribadian, keluhuran budi dan tata krama.
Kepribadian, keluhuran budi dan tata krama adalah sedikit dari nilai-nilai luhur nenek moyang bangsa Indonesia yang sudah mengakar dan menjadi budaya. Namun, cobalah lihat disekitar kita sekarang! Anak-anak kecil, remaja, dewasa, bahkan mereka yang usianya telah renta, tidak takut untuk melanggar norma-norma dan tata krama. Keadaan yang paling parah adalah keadaan para tunas bangsa. Muda-mudi remaja yang berada pada masa transisi. Bukan transisi untuk lebih dewasa dan lebih baik. Tapi, transisi kepada masa kemunduran intelektualitas, tata krama dan sopan-santun. Saya tidak bicara tentang minoritas muda-mudi yang menjadi kebanggaan negeri, tapi Saya berbicara tentang mayoritas. Pikirkan! MA-YO-RI-TAS.
Kenapa? Karena muda-mudi zaman sekarang lebih banyak dan lebih mudah melakukan penyimpangan dari pada berfikir tentang kematangan sikap, ucapan dan perilaku. Saya tidak mengatakan Saya sudah mencapai level kematangan itu, karena jujur, Saya sendiripun masih jauh dari kata matang itu sendiri.
Karena latar belakang itulah, Saya ingin membagi pemikiran Saya tentang evaluasi diri. Evaluasi diri untuk menjadi lebih baik, semakin baik dan bukan tidak mungkin menjadi yang terbaik.
Adapun tujuan tulisan ini saya buat adalah sebagai berikut:
·    Menyadarkan setiap pembaca tentang poin-poin yang harus digaris bawahi sebagai awal evaluasi diri.
·      Mengembankan potensi diri agar lebih berprestasi.
·      Memotivasi diri agar lebih aktif dalam kegiatan positif demi pengembangan kepribadian.
·     Meminimalisasi kekurangan dan kelemahan diri atau bahkan merubahnya menjadi kelebihan yang berguna.
·      Memberikan informasi pada pembaca khususnya dan masyarakat pada umumnya.


PEMAHAMAN EVALUASI DIRI

A.           Pemahaman Tentang Evaluasi Diri
Evaluasi diri adalah sikap kita terhadap diri mengenai apa yang sebaiknya diperbuat setelah kita melakukan sesuatu. Beberapa sikap untuk mengevaluasi diri agar lebih baik dapat kita pelajari dan kita amalkan, antara lain: sikap integritas, antusiasme, melayani orang lain, dan melihat sesuatu dengan kebaruan. Sikap-sikap tersebut tidak terlepas dari sikap evaluasi diri yang menjadikan sikap kita semakin bijak dalam menjalani hidup.
B.            Sikap Integritas
Integritas adalah langkah awal meraih kebesaran sejati. Integritas terapanlah yang membuat manusia benar-benar besar. Ada tiga golongan orang-orang yang berbicara tentang integritas. Orang yang menyatakan sebagai orang yang berintegritas dan orang yang dengan mudah menjadi itu sendiri.
Orang yang berintegritas selalu berusaha dalam mengevaluasi diri agar menjadi orang yang baik. Dalam diri seseorang, hidup sebuah prinsip yang berpusat pada hidup, yaitu sebuah integritas. Integritas sudah tertanam dalam dirinya, Ia sedang hidup dengan integritas tersebut? menjadi orang yang berintegritas, orang melihat hidup dengan cara yang berbeda, melalui sebuah cermin sosial yang menunjukkan sebuah kebenaran dalam hidup.
C.           Melihat Sesuatu Dengan Kebaruan
Kita tidak boleh berhenti untuk terus eksplorasi terhadap diri kita sendiri. Dan akhir dari semua eksplorasi kita akan sampai pada dimana kita memulai dan mengetahui tempat itu pertama kali.
D.           Perlunya Introspeksi Diri ....!?
Mengapa harus introspeksi diri ?. Sebuah kapal yang akan berlayar pasti membutuhkan petunjuk arah. Namun tak kalah pentingnya adalah selalu mengetahui posisi yang benar ketika di lautan lepas. Karena sedikit kekeliruan membuat kapal tersesat dan kehilangan arah.
Demikian halnya kehidupan kita. Secara berkala kita perlu evaluasi. Ada banyak peristiwa dimana kita harus belajar dan membiasakan introspeksi diri. Bercermin untuk mengetahui kekurangan dan kelemahan pribadi, agar dapat mengembangkan diri menjadi lebih baik lagi.
Introspeksi diri sangat diperlukan karena :
·         Proses tidak selalu berjalan konstan
·         Pengalaman yang serupa tidak selalu memberi hasil yang sama
·         Selalu ada keterbatasan dan perbedaan sudut pandang
·         Tiap masalah memiliki titik kritis tersendiri.
Bagaimana membangun sikap introspeksi diri
1.      Memahami kelemahan pribadi
Introspeksi diri diawali dengan sikap rendah hati. Menyadari bahwa kita tidak luput dari kekeliruan atau kesalahan. Orang yang sombong tidak mau melakukan evaluasi diri karena selalu merasa benar. Akibatnya tidak ada pertumbuhan pribadi, karena hanya bersikap menyalahkan orang lain, situasi atau bahkan Tuhan.
Memahami titik kritis berarti memiliki sikap waspada dan antisipasi. Kemampuan untuk menjaga diri dan mewaspadai situasi sebelum terjadi hal-hal yang fatal.
2.       Agenda introspeksi
Kapan dan apa saja dalam diri kita yang perlu untuk dievaluasi? Pertama, sebelum melakukan sesuatu. Ada pepatah mengatakan bahwa orang yang mau membangun menara pasti akan memperhitungkan anggaran biayanya. Introspeksi dalam hal langkah awal yang harus dilakukan, bagaimana rencana dan kesanggupan atau sumber-sumber yang kita miliki.
Kedua, ketika sedang melakukan sesuatu. Introspeksi diperlukan untuk mencegah agar tidak terlanjur lebih jauh lagi jika ternyata ada kekeliruan. Hal-hal yang perlu di evaluasi adalah metode dan cara, asumsi dan pandangan, pengetahuan dan keahlian yang digunakan. Proses antisipasi titik kritis dan langkah-langkah perbaikan jika diperlukan.
Ketiga, setelah melakukan sesuatu. Pengalaman selalu merupakan guru yang terbaik. Introspeksi diri berguna untuk tindakan perbaikan atau recovery jika terjadi kekeliruan. Atau menjadi pembelajaran agar kelak kita tidak mengulang kesalahan yang sama.
3.         Proses menuju pribadi yang lebih baik
Introspeksi diri bukan berarti bersikap menghakimi atau menyalahkan diri sendiri. Tetapi bentuk kebesaran hati untuk memperbaiki dan mengembangkan diri sendiri. Orang yang sulit melakukan introspeksi diri cenderung bersikap kekanak-kanakan. Karena kedewasaan dan kematangan pribadi lahir dari keterbukaan untuk mengevaluasi dan mengembangkan diri sendiri.

MENGENALI DIRI SENDIRI

Siapa Aku? Itulah seharusnya kita tanyakan pada diri kita masing-masing. Kita beranggapan bahwa kita merasa lebih baik dari orang lain, kita merasa kalau kita adalah orang yang smart, confident, dan lain-lain. Tapi, secara tidak langsung kita mendengar orang-orang membicarakan siapa kita. Mereka beranggapan kalau kita itu over pede, sok kecakepan, individualis, dan blab la bla. Kita merasa sangat kecewa “Apa aku begitu jeleknya di mata mereka? Kalau aku seburuk itu, kenapa mereka selalu tersnyum padaku,” Hmm! Aku benar-benar ingin tahu. Siapa Aku?
“Aku bercermin di kamar persegiku, berhadapan pada cermin yang juga persegi. Siapa Aku? Aku bertanya-tanya lagi pada diriku sendiri. Lalu aku teringat. Manusia itu tidak ada yang sempurna, tak ada gading yang retak, Right?”. Secara pribadi, mungkin kita lebih melihat kebaikan atau kelebihan diri kita, tapi orang lain justru lebih banyak melihat kekurangan diri kita. Itu artinya untuk mengenali diri kita, kita tidak boleh bercermin pada diri kita saja tapi kita harus juga bercermin pada orang lain.
Mengenali diri sendiri adalah hal yang susah-susah gampang. Pasalnya, kita lebih sering berfikir kalau kita lebih baik dari pada orang lain. Dan orang lain tentunya terlihat lebih buruk dari kita. Agar berhasil, kita harus melepaskan egoisme kita dan berusaha untuk melapangkan dada serta positif thingking pada setiap kritik dan saran dari orang-orang di sekitar kita.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya:
1. Kelebihan diri adalah potensi yang membuahkan hasil yang nyata atau dapat dirasakan orang lain.
2. Kekurangan/kelemahan diri adalah nilai yang cenderung dilihat oleh orang lain, untuk itu jagalah ucapan kita ataupun perilaku kita.
3. Jadilah seperti padi semakin berisi semakin merunduk! Setiap kelebihan kita berpotensi terlihat seperti keburukan bagi orang lain apabila tidak diiringi dengan kerendahan hati. Trust me!
4. Kelapangan dada atau pikiran yang tidak picik sangat diperlukan dalam mengenali diri sendiri.

Jadi, setelah memperhatikan hal-hal di atas, marilah kita mulai mengenali diri kita masing-masing. Siapa Aku? Tanyalah pada diri kalian, tingkatkan yang baik dan evaluasilah yang buruk hingga menjadi kebaikan pula. Ingat baik-baik! Orang bijak mengatakan, “ Berkacalah pada orang-orang besar dan belajarlah dari orang-orang gagal.” Siapa AKU? Aku adalah cerminan jiwa dan pikiranku sendiri. Ucapan dan prilaku adalah realisasinya. Siapa KAMU? Hanya kamulah yang tahu jawabannya.

EVALUASI ADALAH PERUBAHAN

Setelah kita dapat mengenali diri kita, terutama kekurangan diri kita, masalah berikutnya untuk memperbaiki diri adalah membuat perubahan. Kenapa? Karena sudah jelas, bagaimana kita bisa menjadi lebih baik atau lebih buruk kalau tidak ada perubahan. Perubahan adalah kunci utama dalam evaluasi diri. Jadi intinya, EVALUASI ADALAH PERUBAHAN. PERUBAHAN ADALAH EVALUASI. DO IT!!!!!
Masalahnya, setelah kita mengetahui kekurangan diri kita. Siapkah kita untuk membuat evaluasi dan memulai perubahan? Jawabannya kalian sendiri yang tentukan. Tapi, kalau ingin menjadi lebih baik, suka ataupun tidak, siap ataupun tidak, kita harus memulai perubahan. Kenapa? Lihat paragraf sebelumnya. Saya menulisnya sangat besar untuk kalian. Hehe ^^v.
Berikut adalah tips-tips untuk memulai suatu perubahan :
     1.    Catat kelebihan diri untuk memotivasi dan meningkatkan kepercayaan diri.
2.    Catat kekurangan diri sebagai bahan evaluasi.
3.    Buat langkah-langkah untuk merubah kekurangan dan menjadi potensi.
4.   Lakukan perubahan setidaknya 21 hari. Ingat bak pepatah, tak bisa karena biasa, karena terbiasa lama-lama menjadi bisa.
Perubahan itu memang baru, perubahan itu memang kaku. Tapi, hanya dengan perubahanlah, evaluasi baru bisa disebut evaluasi. Karena perubahan adalah hasil evaluasi. Lingkungan sekitar akan mengapresiasi perubahan kita apabila kita berhasil mengevaluasi diri. Perlahan tapi pasti, lingkungan akan menerima perubahan kita. Slow down, baby !! slowly but sure. Evaluasi adalah perubahan dan jangan pernah takut untuk sebuah perubahan. Ingat! Dimana ada kemauan, di situ pasti ada jalan.

PERUBAHAN ADALAH AWAL YANG BARU

Saat musim panas, udara terasa panas, saat musim hujan, udara cenderung dingin dan ketika musim pancaroba itu adalah pertanda, bahwa musim peralihan telah tiba. Cuacanya sangat tidak menentu dan mudah menyebabkan datangnya penyakit. Sama halnya seperti musim paancaroba, perubahan juga adalah masa transisi. Masa dimana awal yang baru sudah dimulai.
Untuk kebanyakan orang, perubahan adalah hal yang begitu sulit, terutama saat awal yang baru telah dimulai, perubahan baikpun akan mengundang antipati dari lingkungan sekitar. Itulah kenapa banyak orang yang sudah berubah tapi pada akhirnya berhenti di tengah jalan dan kembali ke tabiat semula. Sayang sekali kan?
Tapi, pikirkanlah proses yang telah kita lalui selama masa transisi atau bahkan masa-masa sebelumnya. Pikirikanlah apa kita ingin selamanya di cap tidak baik atau kita ingin menjadi lebih baik? Pikirkan juga hal apa yang akan kita dapatkan jika kita bertahan dimasa transisi itu. Evaluasi, apresiasi dan kepercayaan lingkungan sekitar terhadap kepribadian baru kita, yang tentunya lebih baik dari sebelumnya. Ayo kita hirup aroma perubahan itu dan berpegang teguh pada apa yang sudah kita mulai. Awal yang baru, motivasi baru, dan rewardnya adalah pujian dan kesuksesan pada akhirnya nanti.

KESIMPULAN

Jadi, dalam sebuah evaluasi ada beberapa hal yang harus kita perhatikan.
1.    Mengenali diri sendiri
2.    Evaluasi adalah perubahan
3.    Perubahan adalah awal yang baru

Ada ayat Al-Quran  yang kandungannya berbunyi seperti ini, “Allah tidak akan mengubah kondisi suatu kaum, sampai mereka mengubahnya sendiri.” (Q.S Al-Ra'd - 11)

Selamat berusaha menjadi lebih baik dan sekali lagi Saya katakan, evaluasi  adalah kuncinya. Good Luck!